Selasa, 29 Juli 2008

Ada Apa Dengan Kalangan Nasyid...........................?

by:Ananto Al-Jundi

Belakangan ini Industri Nasyid terlihat kurang bergairah. Entah karena isinya yang membosankan, atau memang karena kalah bersaing dengan Industri Musik lain yang jelas – jelas lebih menguntungkan dan sangat didukung oleh media massa. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan demikian, pasalnya

dilihat dari penjualan kaset nasyid yang mengalami penurunan yang cukup drastis. Penulis sesekali mengunjungi toko – toko kaset yang biasanya ramai pengunjung. Ketika bertanya kepada sang pemilik Toko mengenai hasil penjualan kaset nasyid, ternyata sang pemilik toko memperkuat asumsi saya dengan mengatakan kaset Nasyid sedang tidak laku dipasaran. Penulis tidak hanya berasumsi berdasarkan melihat dari sisi penjualan kasetnya saja, akan tetapi melihat dari penurunannya minat para pemuda -khususnya- dalam membentuk tim-tim nasyid baru dan lemahnya partisipasi peserta pada Acara Festival Nasyid yang akhir-akhir ini diadakan. Sebagai pecinta Nasyid saya menjadi bertanya, ini merupakan realita yang wajar, atau ada sesuatu penyebab yang harus kita carikan solusinya.

Untuk sebagian kalangan mungkin menganggap fenomena ini wajar-wajar saja, toh setiap sesuatu itu pasti ada masanya, termasuk Nasyid. Mungkin di Era 2000-an awal masa-masanya bendera Nasyid berkibar, tahun 90-an yang menjadi milik Qosidahan dan sekarang menjadi milik Grup band yang terkesan berpenampilan Islam. Mungkin di masa yang akan datang Nasyid akan kembali bersinar terang. Fenomena ini akan terus dan terus berputar mengiringi Zaman . Justru menurut hemat saya, fenomena ini bukanlah sesuatu yang wajar dan hanya dibiarkan tanpa Solusi yang tidak ditemukan. Ada penyebab-penyebab yang menjadikan Nasyid tidak se Populer di masa-masa kejayaan Raihan dan Izzatul Islam. Saya coba menuliskan beberapa penyebab diantaranya :

Pertama, Lemahnya Kreatifitas para Munsyid.

Kalau kita mendengarkan Nasyid yang beredar di pasaran, kemungkinan yang akan kita rasakan,yaitu : ‘ Itu Lagi Itu Lagi ‘ . Baik dari segi Arransemen Musiknya, Liriknya maupun Performance- nya, Nasyid bisa dibilang tidak berkembang, membosankan, tidak ada nuansa baru yang lebih menggetarkan para pendengarnya. Justru beda banget ketika kita mendengarkan Musik Religi yang di populerkan Opick, Ungu atau justru Letto dengan syairnya yang mengarah kepada Religi. Pendengar akan diajak untuk menikmati alunan lagu sekaligus merenungkan syair yang cukup mampu menggetarkan. Opick misalnya, dari keseluruhan lagu yang menjadi karyanya, semuanya enak didengar dan syairnyapun cukup mudah untuk difahami. Dari Album ke album, Ia selalu menampilkan Nuansa yang berbeda dengan sentuhan Arransemen Modern maupun Etnik. Mereka memang berbeda dengan kita, terutama dari sisi Orientasi. Namun kita juga jangan malu untuk menggali dan belajar dari kemampuan mereka mengolah lirik dan memadukannya dengan Arransemen Musik yang ciamik. Untuk Nasyid, hemat saya baru menemukan tim nasyid yang cukup kreatif dan masih Exis seperti Raihan untuk jenis nasyid pop melayu, Shoutul Harokah untuk jenis Nasyid beraliran pop harokah, Izzatul Islam yang tetap Exis dijalur Nasyid Asli beraliran Harokah murni. Selebihnya, kalian harus tampil beda !


Kedua, Lemahnya Ruhiyah para Munsyid.

Di masa awal berkembangnya Nasyid, tak jarang para pendengar nasyid bergidik merinding ketika mendengar indahnya syair yang dialunkan. Bahkan tak jarang diantara mereka yang menitiskan airmata karena tersentuh dengan nasyid yang dilantunkan. Kalau kita mendengarkan Nasyid tempo dulu , The Zikr misalnya, apa yang akan kita rasakan ? Kita mungkin akan serentak menjawab, begitu indah dan nikmatnya. Keindahan Islam, kebenaran Al Quran, Kerinduan kepada Allah akan semakin terasa. Ingatkah kita dengan nasyid hits tempo dulu seperti Mengemis Kasih,Munajat, Antara 2 Cinta. Nasyid itulah yang menjadi pelampiasan kita ketika ruhiyah sedang melemah –tentu saja dengan tidak melupakan Al Quran-. Nasyid itulah yang kembali menyadarkan kita akan hakikat Cinta yang sebenarnya. Nasyid itulah yang mengembalikan kita untuk selalu kembali ke Jalan Dakwah-Nya. Sungguh indah memang. Itulah kesan yang dirasakan para pendengarnya. Namun saat ini, masihkah kita bisa merasakan kesan yang sama ketika mendengarkan Nasyid zaman sekarang. Atau malahan membuat kita semakin terlena karena alunan nada yang melupakan. Mengapa Ruh Nasyid tempo dulu dan Ruh Nasyid zaman sekarang terkesan ada perbedaan. Jawabannya adalah, karena dahulu para Munsyid tujuan bernasyid benar – benar berangkat dari kekhawatirannya akan keadaan ummat yang semakin jauh dari Islam. Sehingga mereka menuangkan perasaannya itu dengan syair yang begitu menggetarkan . Dan kebiasaan para munsyid tempo dulu yang tak pernah ditinggalkan, mereka begitu memperhatikan ruhiyah anggotanya dalam menjaga kualitas sholat lima waktunya, mewajibkan sholat tahajjud sebelum manggung atau rekaman, tilawah Al Quran sebelum memulai acara latihan bahkan ada tim Nasyid yang mewajibkan anggotanya untuk hafal minimal 3 Juz Al Quran. Jadi sangatlah wajar jika karya-karya mereka selalu ada di hati
dan dinanti oleh para Pecinta Nasyid. Dan benar – benar menyentuh bagi yang mendengarkan Bagaimana dengan tim nasyid anda, Bernasyid untuk sekedar mencari
makan, atau hobi yang ingin disalurkan ?

Ketiga, Kurangnya Pembinaan kepada Munsyid pendatang baru.

Perkembangan tim nasyid pendatang baru bisa dibilang ada namun tiada. Di lihat dari Album Nasyid yang beredar saat ini, dan peserta Festival Nasyid yang pesertanya tidak pernah banyak dan itu-itu saja. Berbeda dengan jumlah Album band-band pendatang baru baik yang Profesional maupun yang amatiran. Jumlah mereka jauh lebih banyak dan cukup laku dipasaran. Bahkan jumlah band yang ikut festival selalu membludak . Tentu saja ini ada sebabnya. Para pemuda khususnya, banyak diantara mereka yang ingin membentuk tim nasyid atau malahan sudah terbentuk timnya namun tidak tahu kemana arah dan tujuannya. Banyak diantara mereka yang mendapat dukungan dari pihak sekolah, namun tidak didukung dengan keadaan tidak adanya pembinaan. Mereka bernasyid hanya berdasarkan versinya sendiri dengan mencoba-coba mengikuti kaset yang telah didengarkan. Selebihnya hanya mengandalkan pengalaman. Memang Kemampuan bernasyid sangat berbeda dengan
kemampuan ngeband biasa yang bisa dilatih secara otodidak atau sekedar melihat teman. Bernasyid butuh pelatih yang profesional. Karena Nasyid bukan Cuma menampilkan suara alat musik yang relatif mudah mempelajarinya namun berNasyid dituntut untuk menampilkan harmonisasi suara yang benar. Sebuah perpaduan yang benar-benar dibutuhkan pembinaan yang matang. Jangan sampai nasyid menjadi bulan-bulanan hinaan orang karena penampilan yang asal-asalan. Untuk itulah pembinaan kepada para Munsyid baik pendatang lama maupun pendatang baru mutlak diperlukan. Bukan pembinaan yang melulu memperhatikan penampilan, tetapi juga pembinaan dalam hal manajerial.

Keempat, lemahnya jaringan komunitas Nasyid

.Keunggulan Industri Musik Konvensional dalam memasarkan produknya tentu ada sebabnya, terutama Investor yang mengeluarkan dana dan pasti Konsumen yang
merindukan album baru band kecintaannya. Sedangkan Industri Nasyid, masalah utamanya adalah lemahnya kontribusi para Investor dan Konsumen yang mulai berlarian. Tentu saja para Investor mengeluarkan dana bukan sekedar niat menyumbang, akan tetapi mengharapkan hasil maksimal dari penjualan, minimal balik modal. Karena mereka melihat pasar yang sedang tidak bergairah, niat berinvestasi pun diurungkan. Lalu apakah para Munsyid hanya bertawakkal kepada para Investor dan berakhir kepada pembubaran Timnya yang bertahun-tahun tidak ada panggilan. Padahal karya mereka begitu menumpuk di buku harian. Sangat disayangkan melihat kondisi yang cukup memprihatinkan. Jika kita menengok kebelakang, bagaimana perjuangan Izzatul Islam, Mereka menelurkan karyanya sampai menghasilkan album yang cukup laku dipasaran, bukan melulu mengharapkan Investor yang mau datang. Uang recehan pun rela mereka kumpulkan dari teman-teman seperjuangan. Dengan harapan dakwah Islam tetap berkembang lewat sarana Nasyid Perjuangan. Atau coba kita lihat ke negeri seberang, bagaimana Grup Nasyid Nada Murni mampu bertahan dipasaran sampai akhirnya pemerintah membubarkan. Kekuatan mereka berada pada kuatnya jaringan. Bahkan bisa dibayangkan, karya –karya mereka bisa ditemukan di negeri orang. Dana mereka kuat, pembinaannya pun sangat matang sampai kepada pembinaan generasi muda sekalipun. Dimulai dari TK mereka mengenalkan Nasyid kepada anak-anak,sehingga mereka hafal lagu Islam bukan lagu barat yang murahan. Sampai sekarang, Nasyid mereka tetap bertahan bahkan bisa dibilang berkembang tanpa meminta-minta kepada Investor yang mencari keuntungan. Saat ini, kitapun bisa mengikuti jejak langkah apa yang mereka lakukan. Dengan membentuk jaringan Komunitas para pencinta Nasyid. Menurut pemantauan saya, baru ada 1 komunitas nasyid yang ada di Indonesia . ANN yaitu kependekan dariAsosiasi Nasyid Nusantara yang bisa dibilang baru seumur jagung. Namun Kontribusinya di belantika Nasyid Nusantara mulai bisa dirasakan. Dimulai dari mengadakan Festival, Talk Show bahkan pemecahan Rekor Muri pada Ramadhan tahun lalu (2007). Tapi sangat disayangkan, masih banyak pecinta Nasyid yang belum terlibat kedalam Komunitas tersebut. Entah karena publikasinya yang kurang luas atau memang karena keengganan mereka karena anggapan tidak ada sesuatu yang didapatkan. Padahal, menurut penuturan salah seorang pengurusnya, Dengan bergabung di ANN kita akan di fasilitasi untuk mengembangkan tim Nasyid, mempromosikan hasil karya, bahkan untuk mengadakan pelatihan yang profesional. Atau ada yang berniat rekaman tapi tidak tahu caranya, mereka siap membantu. Karena disana bukan cuma para Munsyid yang bergabung dalam komunitas tersebut, tetapi produser, pengamat Nasyid bahkan sekedar yang menjadi pendengar. Kita berharap semakin banyak yang bergabung dengan komunitas ini, sehingga harapan kita dalam mengembalikan kejayaan salah satu kebudayaan Islam –Nasyid- dapat kita wujudkan.

Memang Nasyid bukan satu-satunya sarana menyebarkan dakwah Islam, namun harus kita akui, Nasyid merupakan sarana dakwah Islam yang tidak bisa kita remehkan. Dengan catatan, bernasyid tidak boleh melupakan sesuatu yang lebih diutamakan, yaitu AL QURAN.

1 komentar:

nasyid-jundi mengatakan...

assalamu'alaikum
kafal ya akhi afwan ana mau tanya kenapa she banyak jg kalangan umat yang tidak peka terhadap nasyid?